Menembus Batas
Ia membutuhkan kelembutan seorang ibu untuk meneduhkan sisi-sisi liar yang lahir dari bakat seorang pembalap.
Dunia balap seolah mendapat energi baru dari Zahir Ali. Kemunculannya yang tiba-tiba seolah seperti mata air yang memberi kesegaran. Berbeda dengan banyak pembalap selebritas yang glamornya lebih terasa dibanding prestasinya, ia banyak memberi harapan. Setelah menorehkan prestasi nama Indonesia di Formula BMW Asia 2007 lalu, ia terus menjajal berbagai tantangan baru. Banyak catatan kemenangan dan poin positif diperolehnya dalam dua tahun terakhir secara fantastis.
Tahun ini, ia dipercaya Tim A1 Indonesia untuk turun sebagai Pembalap Utama tim A1 Indonesia di seri ke 5 A1 GP yang berlangsung di Afrika Selatan dan di Portugal. Bagoes Hermanto, Team Principal A1 Team Indonesia, memberikan pujian atas dirinya, “Dengan kematangan dan kemampuan teknis yang dikuasainya, Zahir adalah pembalap Indonesia terbaik saat ini.” Dugaan itu tepat. Ia menduduki posisi ke sembilan dalam kompetisi motorsport antar bangsa di Afrika Selatan, dan posisi 10 di Portugal. Wartawan senior dan pengamat otomotif dari Metro TV, Boy Noya, menegaskan bahwa prestasi yang diraih sangat luar biasa. “Di tengah banyak kendala, bahkan sempat mesin mati, ia mampu tampil dengan sangat baik. Ini menjadi catatan tersendiri buat Indonesia.”
Meski terus menembus batas prestasi, ia tetap tampil dalam kebersahajaan. Sikapnya kalem dan rendah hati. Saat ditemui dewi di sebuah kafe di Jakarta, ia terlihat cerah dan sumringah. Moodnya sedang bagus, katanya. Mungkin itu sebabnya pembicaraan berlangsung cair, santai, mengalir dan…banyak senyum! Apakah ini bagian dari strategi seorang pembalap untuk melepaskan segala ketegangan di lapangan, tak jelas. “Untung kita wawancara sekarang ya.. Kalau pas ketemu pada saat saya lagi balap, pasti gaya bicara saya pasti hap..hap..hap.. straight forward,” ia berucap, seolah mengerti apa yang dipikirkan lawan bicaranya. Situasi lapangan, suasana, ternyata memengaruhi gaya bicaranya.
Bila musim balap tiba — yakni bulan April hingga Oktober — hampir dipastikan akan sulit menemuinya. Jangan harap ia ada waktu untuk bersantai seperti saat wawancara ini terjadi. Jadwalnya padat, mulai dari latihan hingga bepergian dari satu negara-ke negara lain, sesuai kompetisi yang diikuti. Tak ada waktu bersenang-senang, seperti yang ada dalam gambaran pembalap yang selama ini kita kenal melalui media-media. Setiap detik digunakan untuk melatih konsentrasi dan memikirkan strategi. Seperti Anda ketahui, adalah sangat langka bagi pembalap Indonesia melakukan testing Formula di lapangan. Satu kali latihan diperlukan biaya minimal 5000 USD. Dengan kondisi sponsorship yang terbatas, ia harus memaksimalkan segala yang ada.
Bertahun-tahun ia menempanya dari pertandingan demi pertandingan go kart sejak usia 12 tahun, baik di tingkat lokal maupun internasional. Setiap hari, selama dua jam tak terputus, ia melakukan fitness untuk meningkatkan kemampuan fisik dan psikis agar tetap bisa menjaga konsentrasinya. Di saat teman-teman seusianya asyik dengan mainannya, ia sudah berpikir tentang masa depannya di balap. Tak pernah sekalipun mengeluh. “Soalnya balap itu datang dari hati. Dan memang cita-citaku dari kecil pingin jadi atlit. Entah apapun bidangnya,”ujarnya.
Bila akhirnya ia memilih balap, bisa jadi memang seperti itulah atmosfer yang ada di dalam keluarganya. Sejak ia kecil, balap adalah hal yang menjadi perbincangan, baik di ruang makan hingga di ruang keluarganya. Aktivitas keluarganya, tak jauh dari sirkuit, atau bisnis otomotif milik ayahnya. Mainan masa kecilnya: mobil-mobilan dan game balap di komputer. Imajinasi masa kecilnya dipenuhi oleh kegagahan seorang pembalap. “Keren dan sangat laki!”
Ibarat buah tak jauh dari pohon, bakat itu menurun dari ayah dan kedua kakak lelakinya. Salah satu kakaknya bahkan pernah menjadi pembalap di Eropa, yang akhirnya dipaksa pulang pada saat krisis moneter melanda dunia. Bakat alam ini rupanya harus pupus akibat tak ada lagi dukungan sponsor. Zahir, sebagai anak keempat dari enam bersaudara, 5 lelaki, diharapkan bisa melanjutkan asa keluarga. Pelajaran dari kedua kakak dan ayahnya membuat satu keluarga Zahir berjibaku untuk membiayai karir balapnya, hingga kini ia sudah dikontrak oleh Team A1 Indonesia.
Sayangnya imajinasi masa kecilnya tak semudah kenyataannya. Untuk mewujudkan cita-citanya, seperti disebut di atas, perlu kerja keras luar biasa. “Setiap orang bisa memiliki kapasitas kemampuan teknis yang sama. Yang membedakannya adalah kekuatan mental seseorang. Dan ini berat,” akunya. Hal ini berarti bahwa tidak semua orang bisa menjadi seorang pembalap. Dengan kecepatan 300 km/jam di sirkuit, diperlukan ketenangan dalam bertindak. Tidak mudah emosi, dewasa dan matang. “Agresifitas diperlukan, namun harus selalu menggunakan kalkulasi”, kata Zahir.
Memang benar dalam kompetisi, lawan itu nyata. Namun hal yang lebih penting adalah melawan diri sendiri dalam mengontrol emosi. Apalagi usianya masih terbilang muda, 22 tahun. Ini belum termasuk menjaga emosi dari berbagai tekanan: dari lingkungan balap, media yang acapkali bertidak tak adil dengan mereka, para fans, serta hubungan dengan sponsor.
Meski tenang, ia dikenal memiliki gaya balap yang sangat agresif. Seperti juga tipikal pembalap Indonesia –seperti dikatakan Bagoes, moodnya juga seperti mesin diesel. “Selalu panasnya belakangan,”kata Zahir sambil tertawa sekaligus menunjukkan alasan mengapa ia membutuhkan Ipod saat bertanding. Musik membantunya untuk berkonsentrasi pada satu hal. “Kalau start di belakang, aku maunya lagu rap, Tupac Sakur, yang bikin aku semangat. Kalau start di depan, aku perlu lagu-lagu lounge, seperti Samantha Jones, yang menenangkan.” Dunianya yang rawan risiko benar-benar dipahaminya. “Kalau nggak berani, jangan pernah hidup di balap. Di sini kita harus bermain-main antara agresifitas dan kecelakaan yang harus diminimalkan. Seperti kata Ayrton Senna, dalam balap limit tuh tak ada. Kita harus terus berusaha menembus batas-batas yang pernah ada,”katanya sembari menyebut nama pembalap idolanya, yang hidupnya berakhir di sirkuit akibat kecelakaan.
Meski demikian, ia tak bisa mengelak dari sebuah kenyataan. Dalam ruang ketidaksadarannya, saat tidur, ia acapkali bicara sendiri seolah sedang berada di dalam arena balap. Hal ini sering terjadi terutama ketika ia merasa tidak siap, pikiran khawatir itu merasuki mimpinya. Walhasil, dia seolah bicara sendirian. “Balapan kan selalu berada pada speed yang tinggi, otaknya lebih banyak unconsciousness daripada consciousness-nya.” Dia sendiri tak pernah menyadarinya. Situasi ini terbaca ketika ia berada satu kamar dengan orang lain. “Saya juga bukan tipe lelaki yang ekspresif juga, jadi keluar semua di dalam igauan. Seperti mimpi buruk, tapi saya tak pernah sadar ketika itu terjadi.”
Barangkali kesukaannya menonton film, duduk-duduk santai, tertawa-tawa dan cela-celaan dengan teman-temannya adalah strategi untuk melepaskan ketegangan. Film yang menjadi inspirasinya: Rocky dan Godfather. “Di ceritanya, Rocky bukanlah orang yang berbakat, tak paling jago, tak dianggap. Tapi kerja kerasnya yang dilakukan dengan hati, membuat dia tak menyerah. Ini seperti Ayrton Senna. Dia orang yang tak mau menyerah pada keadaan. “ Di Godfather, ia belajar bagaimana ia diam di tengah lingkungan yang seperti itu. Dua film ini tampaknya sangat menggambarkan Zahir. Pekerja keras dan pendiam.
Cita-citanya ingin sekali bisa masuk ke Formula 1 dan bisa tinggal di Inggris, dimana dunia motorsport sudah demikian maju. “Ini pengalaman keluarga. Kita harus punya back up. Di indonesia, infrastruktur balap belum mapan”, ujar Zahir yang kini sudah memanfaatkan waktu luangnya dengan berbisnis, belajar pada kakaknya, di bidang otomotif dan properti. Pendidikan terakhirnya baru saja diselesaikan dari jurusan manajemen bisnis Singapore Institute of Management. “Saya masih ingin melanjutkan sekolah,”katanya.
Bila ia dikenal sangat agresif di lapangan, tidak demikian halnya dalam percintaan. Ia tampak malu-malu menjawab, “Saya lagi fokus balapan. Teman perempuan boleh ada, tapi tidak pacaran dulu.” Tapi memang, ia tak mudah jatuh hati, tak mudah dekat dengan orang lain. Wanita terdekatnya, sang Ibu, yang selalu tak pernah beranjak dari tikar sembahyang setiap kali anak-anaknya berada di lapangan balap. “Setiap kali Mama datang ke lapangan, aku selalu menang. Tapi tidak mudah ia mau datang. Ia selalu was was,” ujar Zahir tentang ibunya yang sangat sabar, ibu rumah tangga sejati, dan menjadi patner terbaik untuknya. “Dengan Bapak, kami sama-sama keras. Tapi Mama, bisa memberitahu aku dengan caranya, dan aku mengerti.” Tipe wanita seperti inilah yang mampu meluluhkan hatinya, selain berkarakter mandiri.
Lalu, ia bertutur. Balapan, adalah sebuah pelajaran hidup. “Di sini kita harus bekerja keras untuk menghasilkan sesuatu. Bagaimana kita mengatur hidup. Mengatur waktu sehingga kita tahu kapan kita agresif, kapan untuk merekalkulasi. Itulah teori yang bisa dipakai dalam menjalani kehidupan. Termasuk dalam soal cinta. Kapan kita harus mengalah, dan kapan ia harus make them move.” Ia seperti ingin kembali menyentuh arti wanita untuk dirinya. Lalu mengaku, bahwa ia masih takut berkomitmen dengan wanita Indonesia -yang menurut versinya sangat tergantung pada seorang pria. “Takut nggak bisa konsentrasi,” ungkapnya. Walau menurut catatan resmi, ia tidak diperbolehkan pacaran oleh pihak managemennya.
“Balap itu wild side sementara pacaran soft side. Harmoni itu justru sekarang aku tinggalkan dulu, demi meraih targetku,” lanjutnya. Mungkin benar juga orang tuanya memberinya nama Zahir — dalam bahasa Arab –seperti dikutip dari The Zahir karya Paulo Coehlo – berarti terlihat, ada, tak mungkin diabaikan, seseorang atau sesuatu yang sekali kita mengadakan kontak dengannya, lambat laun akan memenuhi seluruh pikiran kita, sampai kita tak bisa berpikir tentang hal-hal lain. Dalam hal ini, balap adalah zahirnya. Ia terpaksa melepaskan keinginan untuk bercinta atau bersenang-senang seperti pria seusianya. Darinya, kita seperti mendapat catatan. Dunia balap sejati, ternyata bukanlah soal gelimang kemewahan, kekayaan, wanita, tapi sebuah kerja keras dan jalan panjang yang tak banyak orang mengetahuinya. (Rustika Herlambang)
Soal kematangan emosi Zahir, Boy Noya menceritakan pengalamannya saat meliput Zahir di Jepang. Ketika itu, Zahir yang sudah bermain dengan sangat baik, tiba-tiba saja ia ditubruk dari belakang. Ia terpental, yang membuat mesin mobilnya rusak. Boy melihat bagaimana terpukulnya Zahir kala itu. “Ia lalu menyendiri sendirian. Tapi keesokan harinya, ia sudah tenang, bermain bagus, dapat poin dan naik podium!” terang Boy. Soal ini, Zahir memberi komentar, “Hidup selalu pasang surut. Saya selalu bertahan pada satu pepatah. Orang diajarin jalan, jatuh sering, Tapi masalahnya bukan seberapa sering dia jatuh, tapi seberapa cepat dia bangun.”
.
Leave a Reply