Bergelut antara Proporsi dan Komposisi

Andra Matin
Dimatanya, wanita dan bangunan harus memiliki keseimbangan dan “taste” yang tinggi
Boleh jadi Andra Matin sudah menjadi selebritas kini. Namanya begitu ramai dibincangkan. Tak hanya dalam dunia arsitektur Indonesia yang telah membesarkan namanya, tapi juga di kalangan sosialita yang telah memakai jasanya.
Akhir tahun lalu, arsitek lulusan Universitas Parahyangan Bandung ini berhasil menyabet 3 piala dari 7 penghargaan yang dikeluarkan oleh Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI). Satu penghargaan diantaranya merupakan kerjasamanya dengan arsitek Anthoni Liu. Prestasi ini jelas merupakan barang langka dalam sejarah arsitek Indonesia, dimana seorang arsitek, muda pula, bisa meraih lebih dari satu penghargaan dari satu-satunya organisasi profesi di Indonesia.
Di mata para klien dan teman-teman arsitekturnya, pria yang disapa Aang ini berhasil menciptakan identitas diri dan kebanggaan di dalam arsitektur yang dirancangnya. Seperti kebanggaan wanita akan sebuah produk fashion berlabel ternama, garapan arsitektur Aang pun memberikan citra serupa. Maka tak heran apabila ia begitu laris menggarap proyek-proyek arsitektur bagi klien yang membutuhkan citra tertentu untuk diri mereka.
Keberhasilan ini barangkali juga dipicu oleh kepribadian Aang yang baik. Meskipun ia dikenal sebagai arsitek papan atas, namun dalam keseharian ia tampak santun dan tidak sombong. Ia tidak sungkan untuk berbicara seperti sahabat kepada tukang ataupun mandor di lokasi proyek, demikian pula kedekatan dengan kliennya. “Dia orangnya menyenangkan, mudah diajak bicara, dan fleksibel. Aku sering kok berantem sama dia, ha ha ha,” Lia, salah satu kliennya yang ditemui di site Patra Kuningan beberapa waktu lalu, menjawab spontan.
Rancangan Aang diantaranya Blitz Megapleks, Manna House, rumah tinggal Sebastian Gunawan, rumah tinggal Winfred Hutabarat, kantor Javaplant serta Club House Bukit Golf (bersama Anthoni Liu). Tiga nama terakhir adalah bangunan arsitektur yang berhasil memenangkan IAI Award 2006. Selain rumah tinggal, pemilik nama lengkap Isandra Matin ini juga piawai merancang labotarorium, entertainment center, town house hingga sekolahan.
Pengalaman dan jam terbang tinggi dalam dunia rancang bangun membuat Aang semakin matang. Dia bilang, arsitektur yang baik adalah pertemuan tiga chemistry, yakni tempat, pemilik, dan selera arsitek. Rumah dengan desain yang sama, diletakkan di tempat yang berbeda, memiliki chemistry yang berbeda. Demikian juga dengan pemilik atau pemakainya, masing-masing berbeda. Terakhir, bagaimana arsitek menerjemahkan kedua hal tersebut menjadi satu bangunan yang berjiwa. Jelas ini tidak mudah. Karena dalam prosesnya, ia harus selalu berdialog dengan pemilik. “Jangan sampai arsitek terlalu dominan karena egonya yang tinggi, atau jangan sampai arsitek menjadi sekadar tukang.”
Lantas apa katanya tentang estetika? Jawabnya, kejujuran dan keseimbangan berarsitektur. “Beton, kayu jati ya ditampilkan apa adanya, jangan diwarna. Sesuatu yang ditampilkan seperti dia dilahirkan, tapi dengan tampilan yang sebaik-baiknya,” ia menjelaskan makna kejujuran. Simak juga pendapatnya tentang keseimbangan. Katanya, keseimbangan dalam hal ini tidak selalu berbentuk simetrik yang dianggapnya terlalu kaku. Seperti keseimbangan yin dan yang, saling melengkapi dan juga dinamis. “Pattern-nya saya nggak mau klasik. Dinamis namun tetap seimbang. Pengennya kayak belum selesai tapi sudah selesai, seperti terasa di dalam, padahal ini di luar. Selalu ada paradoknya. Ini lebih menarik, lebih tension.”
Dalam tradisi berarsitektur, dia selalu mencoba lari dari apa yang disebut orang lain sebagai ciri khasnya. Meskipun dia menyadari benar bahwa bisa jadi karakter yang selalu muncul itu merupakan gaya bawaan atau kemauan bawah sadarnya. “Daya tarik menarik antara kedua hal ini membuat saya selalu bergairah dalam mendesain. Dengan adanya tension ini, mudah-mudahan karakter arsitektur saya bisa lebih playful,”tukasnya. Ia lalu mencontohkan bagaimana ia meletakkan bentuk-bentuk oval di Blitz Megapleks, satu hal yang “berlawanan” dengan gayanya dalam bermain garis-garis. “Yang pasti, permainan saya ada di koridor modern dan simpel.”
Karena itu, jangan harapkan Aang mau merancang sebuah bangunan berbentuk joglo ataupun gregorian. Selain desainnya rumit, bangunan itu juga sudak tidak menjawab persoalan kekinian. “Menurut pandangan saya, gaya bangunan itu sudah di abad yang lewat. Sudah saatnya kita merumuskan satu arsitektur Indonesia dalam kekinian,”tanggapnya. Yang dimaksud disini adalah sebuah bangunan yang memiliki respon baik terhadap iklim dan bisa mengambil inspirasi budaya untuk dimasukkan didalamnya. “Meski saya belum tahu bentuknya seperti apa.”
Ketika bergerak dalam koridor kekinian, ia selalu berusaha terus untuk dinamis. Tak dipungkiri bahwa dalam berkarya ia selalu dihantui rasa keragu-raguan, apakah bangunan yang dibuatnya sesuai semangat zamannya. Demi mereduksi perasaan ini, hal yang dilakukan Aang adalah menambahkan kebaruan, memberikan sentuhan personal, serta memberikan perbedaan dengan bangunan lainnya. “Dari semua visi, dari skala detail yang sangat kecil, hingga space yang tidak teraba. Saya ingin sesuatu yang berbeda.”
Berbincang tentang bangunan dengannya memang terasa imajinatif. Bila selama ini kendala berkreasi sering terjadi karena berhadapan dengan berbagai pihak, tentu saja hal ini tak akan terjadi bila ia merancang rumahnya sendiri. Tapi apa kata Aang tentang ini? Ia tertawa terbahak-bahak. Tukasnya, “Rumahku? Belum jadi-jadi. Biasalah, maunya banyak!”
Mungkin karena profesinya, ia seringkali membayangkan wanita yang menarik seperti halnya ia melihat bangunan. Harus dilihat dan dirasakan sendiri, baik dari sisi tekstur, bentuk, ruang, dan perasaan di dalamnya. Bagaimana merasakan ruang, apakah terasa sempit, tinggi, pendek, lega, apakah proporsi yang enak. Lalu bagaimana bentuk bangunannya, dan perasaan apa yang muncul saat berada di dalamnya: dingin atau panas. Arsitektur yang baik harus memiliki komposisi dan proporsi yang baik diantara semuanya. Nah, seperti itulah wanita ideal yang dibayangkannya.
“Tendensi saya melihat wanita secara fisik adalah tipe yang langsing, tinggi dan berat harus proporsional, soal warna kulit masing-masing punya kelebihan,”tukas penyuka gaya slim di dalam rancangannya ini. Mungkin karena itu ia suka menghentikan remote control televisinya di saluran Fashion TV. “Saya kurang suka dengan wanita berdada besar … di mata saya justru tidak seksi,”katanya sambil menyebut nama wanita yang menarik perhatiannya: Halle Berry, Kate Moss dan Victoria Beckham.
Di sisi lain, ia mengidolakan wanita berkepribadian teguh, jujur dan bisa berganti-ganti penampilan seperti bunglon, bahkan dalam satu hari sekalipun. “Selain intelektual, penampilan yang tidak membosankan, selera tinggi menjadi satu dasar penting penilaian,” lanjutnya. Dalam sejarah kisah kasih, ia pernah mencintai seorang wanita yang sempurna kebaikannya, tapi memiliki selera berbusana yang dia kurang sreg. Akibatnya,” Aku langsung ill feel.. Taste bagiku satu hal yang penting. Tak ada kompromi soal ini.” .
Taste tinggi yang dimaksud adalah tipe wanita dengan selera yang lebih kreatif, agak nyleneh dan tak terlalu mainstream. ” Ia lantas memberi bandingan seperti mengapa ia lebih menyukai busana Yohji Yamamoto dan Comme des Garcons, atau Audi sebagai merek mobilnya.
Meski berselera tinggi terhadap wanita, ia tetaplah membumi. Dalam keseharian, ia tetaplah pria yang setia dan mencintai keluarganya. Ia tidak ingin seperti lupa kacang pada kulitnya. Bagaimanapun Aang mengakui bahwa keberhasilannya selama ini terjadi karena ketabahan dan kekuatan dua wanita yang sangat dicintainya, yakni ibu dan istrinya, Audite.
“Saya menghormati wanita dengan segala perbedaan dengan laki-laki. Apalagi ibu. Beliau mengajarkan tentang karakter yang lebih dalam baik dalam tutur kata dan dari contoh yang dia buat.” Aang mengenang “jasa” ibunya yang telah banyak berkorban untuk menyekolahkan dia di universitas swasta, satu biaya yang tidak murah di masa itu. “Ayahku pegawai negeri biasa. Jujur pula. Sementara ibuku mengajar bahasa Inggris di mana-mana untuk membiayai kuliahku,” kenangnya.
Mungkin karena inilah Aang berprinsip tegas untuk selalu menjaga kepercayaan keluarga. Saat ditanya bagaimana jika ia ditaksir oleh wanita sempurna seperti impiannya, ia menjawab tegas dan tandas. “Saya malas untuk mencari konflik. Saya tak mau kehidupan saya yang begitu indah hancur diterpa angin-angin yang tidak jelas Inilah prinsip dasar dalam kehidupan saya.” (Rustika Herlambang)
Stylist: Amanda Prihutomo
Fotografer: Jane Djuarahadi
Lokasi: Site Proyek Patra Kuningan, Jakarta
Salut buat om Aang dengan segala prinsipnya.
mudah2n para arsitek Indonesia mempuyai prinsip2 yang kuat juga…
Cahayoo arsitektur Indonesia…
saya ingin bertanya, apakah andra martin in yang merancang galeri atau gedung dua8 di kemang..??
kalau benar, apakah bapak punya alamat email dari andra martin..??
kalau ada, apakah bisa dikirimkan kepada saya..??
trima kasih..
@jose : andra168@cbn.net.id
Desain Andra Matin inspiratif, bahkan untuk orang yang bukan arsitek sekalipun
terima kasih banyak, Adi Kritz dan Pak Kristupa
boleh tau kira2 berapa usia Pak Andra ? Trims.
46-47 tahun, BM
Apakah Pak Andra ada webnya, atau portfolionya Mba Rustika.
Bagaimana kalau ingin menggunakan jasa beliau?
BR,
US
diemail aja, pak Ugi.
atau ke kantornya sekalian ;p
jl.manyar 3 blok o3 no.30 bintaro sektor 1
7353338
7352165
73692258
smoga membantu
@adikritz.. terima kasih sudah memberikan jawaban – yang ternyata saya tidak tahu juga. he he he