Bukan Bintang Biasa
“Aku tidak mau penampilanku sama dengan orang lain”
Namanya Meliana. Sederhana, begitu Ersy Sulessy memberikan nama untuk anaknya. Tak ada arti khusus dari nama ini. Tak ada pula terpikir kelak anak sulung perempuan ini akan mengikuti darah yang mengalir dari ayahnya yang sangat ternama di masa itu, Melky Goeslaw, yang sesungguhnya tak pernah hidup bersama dalam kehidupan anaknya. Tapi memang Tuhan selalu ada jalan untuk membuatnya jadi besar, sebesar talentanya sekarang. Dengan nama Melly-belakangan diberi embel-embel nama Melly Goeslaw oleh wartawan– popularitasnya terus melaju. Pesat. Dan terus berkembang dari hari ke hari.
Kini namanya sangat diperhitungkan dalam blantika dunia hiburan di Indonesia dan Malaysia. Ia jago menyanyi, membuat lagu, membuat sountrack film, akting (melalui video klipnya), menulis hingga menjadi produser film. Pikiran dan jiwanya seolah tak pernah berhenti memunculkan karya-karya baru yang tidak saja indah, ngetop, tapi juga mendalam. Tanpa diasah, bakat itu tak pernah ada. Tanpa bekerja ekstra keras keberhasilan itu tak mungkin dirayakan. Begitulah Melly mewujudkan namanya hingga menjadi dirinya kini.
Setiap malam, ia mengarungi labirin kesunyian. Melepaskan pikiran yang mengganggu tidurnya. “Pikiranku suka menghayal kemana-mana. Ini yang membuat aku nggak tidur-tidur, makanya aku jadi insomnia,” tukas Melly yang selalu tidur di atas jam 3 pagi. Daya imajinasi itu kian membesar bila malam tiba, dan ia berada dalam kesendirian. Lalu iapun mengisi waktunya dengan nonton film dan membuka internet. Setelah itu,ia menulis. Menulis apa saja yang ada dalam pikirannya saat itu. Mungkin hasil dari catatan harian siang tadi yang telah ditulis dari ponselnya.
“Pada dasarnya aku sangat tertutup. Aku nggak bisa ngomong dari dulu. Karena itulah aku menuliskan segala sesuatunya melalui tulisan,”kenang Melly. Bahkan dengan ibu kandungnya sekalipun, dia juga tak mudah mengutarakan perasaannya. Bila dia ada masalah dengan ibunya, ia membuat surat yang ditinggalkannya sebelum berangkat sekolah. Saat marah datang, ia “cuku” menumpahkannya pada sepotong kertas. “Isinya coret-coret. Apa saja,” katanya terus terang. “Aku memang suka yang satu arah. Menulis. Itu kan kesannya kita kayak ngomong sama Tuhan,” tukasnya.
Kebiasaan ini sudah terjadi sejak SMP. “Beri dia buku dan pulpen. Wah, dia pasti diem,”sahabatnya masa SMA yang kini juga jadi masuk dalam tim managernya, Oya (Rohiyah Abdul Malik) mengenang. Saat sekolah, dia duduk anteng dan menulis. Tapi bukan apa yang diterangkan gurunya. Pikirannya mengembara ke dunianya sendiri. “Giliran, disuruh nulis oleh guru, dia kebingungan karena bukunya habis semua untuk memenuhi hasratnya menulis,” Oya terbahak. Melly memang tak hanya bikin lagu, tapi juga bikin cerpen yang sudah diterbitkan Aaaargh (salah satu ceritanya, Tentang Dia, sudah difilmkan), juga menulis skenario. Belakangan Melly menjadi produser film.
Barangkali karena sifat tertutupnya masih menguat, tak ada karya yang berdasar pada pengalaman pribadinya. “Menurutku, semua karyaku lahir karena pertemuanku dengan banyak orang. Mendengarkan curhat mereka,”tukasnya. Ia suka mengamati tingkah laku teman-temannya, lalu dibuatnya cerita dengan karakter yang sama, namun didramatisir dengan karakter baru. Karena ceritanya yang segar dan membumi inilah kita bisa memahami apa yang sebenarnya tengah terjadi. Kalau dalam seni rupa , mungkin karya Melly bisa digolongkan sebagai karya yang realis. Membumi, dengan gaya bahasanya yang lugas dan menampilkan gaya hidup anak-anak muda masa kini yang disebut Melly sebagai Girl Power.
Dia memotret fenomena anak muda yang lantas dituliskan dalam lagunya. “Tapi sebenarnya, aku juga memasukkan pesan disana,” tukasnya. Ia lantas memberikan syair lagi Diam yang ada di dalam Album Potret. “Bahwa kehormatan itu sangat penting bagi seorang wanita,” cetus salah satu pencipta lagu termahal di Indonesia ini. “tapi biasanya, aku menuangkan idealismeku di dalam Potret. Aku nggak suka didikte sama label, maunya aku bikin yang aku mau,” kata Melly. Potret adalah grup musik yang didirikan bersama Anto Hoed suaminya, dan Aria Yuniar (kini digantikan Wong Aksan, karena Aria ke Amerika). “Kalau yang lain, sebagai mata pencaharian saja,” katanya sembari menyebut pembuatan lagu soundtrack, lagu untuk penyanyi lain, maupun dalam Melly.
Problema cinta adalah sorotan utama di dalam karya-karyanya. Ia seolah tak pernah kehabisan ide saat berbicara cinta, apakah itu cinta sejati hingga cinta segitiga. Tapi makna cinta sekarang makin tereduksi maknanya. Ini yang dia teruskan melalui lagu-lagunya. Ia sangat pandai membuat lagu-lagu romantis, tapi ia mengaku bukan orang yang romantis. Dia tidak pernah sama sekali merayakan valentine, yang baginya sangat ABG banget. “Cinta itu bisa dirayakan kapanpun. Tanpa harus menunggu februari,” kata Melly. Ia sendiri suka menunjukkan rasa cintanya melalui surprise party.
Lalu ia menceritakan kisah 2 tahun lalu. “Waktu ulang tahun Anto dua tahun lalu, dia flu berat. Aku minta tolong sama Titi Dj, Shanti, dan temen-temen artis. Lalu kita satu rombongan besar masuk Bintaro berdemostrasi, dengan memakai pengeras suara dan spanduk-spanduk, bertuliskan We Love Anto. Saat itu, jam 12 malam. Anto kaget saat membuka jendela kamarnya,”Melly tersenyum bahagia. Ini pekerjaan yang memerlukan perjuangan lebih banyak, dimana ia harus minta ijin ke RT, RW dan tetangga sebelah. “Padahal, aku ini orangnya nggak bisa ngomong……”
Mungkin itu adalah gaya eksentrik Melly saat mengungkapkan cinta. Persis dengan gaya tampilannya yang selalu berganti setiap waktu yang masing-masing tak pernah ada benang merahnya dengan penampilan sebelumnya. “Tergantung mood, aku tuh nggak pernah tetap. Pasti berubah-ubah. Nabrak trend, itu sudah pasti. Kalau misalnya musim cutbray, jangan harapkan aku mau menggunakan itu. Aku maunya beda sama orang lain,”ungkapnya spontan.
Meskipun demikian, Melly bukan tampil acak. Dia punya tim yang “mensupport” penampilan panggungnya. Mereka adalah sahabat baiknya: Derry untuk rias wajah dan rambut, Citra Subijakto sebagai stylist, serta Irsan untuk kostum. Sehari-hari, ia lebih suka pakai kaos oblong, jeans, dan sandal jepit. “Sekarang moodku lagi feminin, karena badanku udah mulai mengurus,” tukas Melly akhirnya memilih melakukan liposuction. Mau tahu alasannya? “Supaya bisa beli baju di tempat cewek yang ukurannya S, M atau L.” Setelah tubuhnya mekar, ia kesulitan mendapatkan baju yang pas. “Bulan Maret foto lagi aja, nanti badanku udah kurus,”janjinya.
“Pada dasarnya aku nggak suka dandan. Kalau sekarang aku memikirkan penampilan, itu kan karena tuntutan kehidupan sebagai penyanyi. Harus ada promosi. Harus ada roadshow. Harus banyak intervieuw,” katanya kemudian. Lalu kembali mengatakan lagi, bahwa hal yang diinginkannya sesungguhnya adalah menjadi orang yang bekerja di balik meja, dan menulis. Padahal cita-citanya dulu dia ingin jadi ahli ekonomi atau jadi akuntan karena Melly dikenal sebagai jago matematika. Tapi apa daya, pelajaran bahasa Inggris adalah musuh bebuyutannya dia. “Saat tes, tak ada satupun soal bahasa inggris yang kujawab, jadi ya, nggak lulus deh sekolah di ekonomi,” katanya santai. Bila sekarang ia banyak membuat lagu dalam bahasa Inggris, itu adalah tugas adik kesayangannya, Yuliana.
Kesuksesan Melly tak lepas dari peran ibu yang sangat menyayanginya. Melly mengenang ibunya sebagai wanita yang tegar. “Dia tidak pernah ngoyo, lebih suka memberi contoh daripada menjadi diktator. Yang berkesan darinya, setiap kali anaknya mau ujian atau melakukan sesuatu, dia selalu tahajud,” kisah Melly yang mengingat saat ibunya yang single parent ini menjual barang-barang sebagai ongkos supaya bisa berangkat ke Jakarta untuk ikut lomba menyanyi atau membelikan kostum untuknya.
Tetapi sesungguhnya yang masih meresahkan Melly adalah soal embel-embel nama ayah kandungnya. “Aku ngerasa nggak enak sama ayah tiriku, karena sejak bayi aku udah diurus sama dia. Aku nggak mau melukai dia…” Pertemuan dengan ayah kandungnya sendiri baru terjadi pada saat dia sudah duduk di bangku SMP. “Perasaanku campur aduk ketika itu. Tapi ya, begitulah. Meskipun demikian, aku maupun ibuku tidak pernah meminta lebih, ataupun menjual nama ayah saat ikut lomba-lomba,” tegasnya. Sebelum menjadi penyanyi seperti sekarang, ia banyak memenangkan festival menyanyi, antara lain Juara Bintang Radio TVRI Jawa Barat, Cipta Pesona Bintang, Asia Bagus di Singapura.
“Keberhasilan Melly sekarang adalah kerja keras yang berdarah-darah sejak dulu. Dia berjuang gila-gilaan. Jatuh bangun. Tanpa bantuan nama besar ayahnya sama sekali,” Oya mengingat masa-masa lalu Melly selulus SMA. Melly memulai dari kelompok backing vokal, mau mengisi acara apapun, hingga menjadi penyanyi klub. Dukungan terbesarnya datang dari ibu dan adik kandungnya. Kini, Melly didukung oleh tim managemen yang terdiri atas adik dan saudara sepupunya yang sejak kecil menjadi teman terdekatnya.
“Dia selalu hidup dalam grup. Dia tidak bisa sendiri, karena selalu butuh feed back. Dia senang bercanda sampai gila. Jadi kalau teman-temannya pergi liburan seperti sekarang, dia kayak kurang darah,” cerita Anto Hoed tentang istrinya. Dia selalu butuh teman. Bahkan saat di rumahpun dia punya teman terdekat sejak kecil, yakni sepupu dan adik kandungnya, yang kini menjadi tim managernya. “Sebenarnya aku sih bukan penakut. Tapi memang di rumahku ada hantunya,” jawab Melly mengapa ia selalu harus diantar saat pergi ke kamar mandi oleh adiknya. Dan sebagai balasan, ia memberi uang sebesar Rp.50 rupiah.
Di sekolah, dia juga punya grup yang hingga kini masih dipelihara dengan baik. “Dia itu loyalitasnya tinggi. Persahabatan buat dia adalah jiwa raga, mungkin ini satu persahabatan yang sungguh mewah. Bersama dia, kami bertemu 24 jam, kami bisa tertawa 24 jam,” kenang Oya, lalu mengisahkan bagaimana Melly pernah “kabur” dari pentas di sebuah rumah makan di Bandung karena diajak pergi oleh sahabat dekatnya, Nike Ardilla (almarhum). Karena itu bisa dipahami mengapa film BBB bercerita tentang grup dan persahabatan. “mungkin refleksi masa lalu. Tapi rasanya enak saja nge-genk.”
“Meski secara presentasi sering pergi, dia dedicated banget terhadap keluarga,” Anto memberikan komentar tentang istrinya yang katanya tidak betah berdiam di rumah. Perhatian dia terhadap suami dan anak-anak besar sekali dan suka memberikan surprise. “Dia mah cinta mati sama anak-anak,” tukas bapak dari Anakku Lelaki (7) dan Pria Bernama (4). Soal ini juga ditegaskan oleh Oya,”Dia dulu cuek banget. Eh,sekarang dia jadi Ibu yang sangat perhatian sama anaknya. Dia juga istri yang baik. Edan, kita bahkan nggak pernah kepikir Melly kok bisa seperti ini.”
Itulah kebisaan Melly. Ia bisa mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dengan kerja kerasnya. Dia juga sangat obsesif terhadap sesuatu yang positif. “Kalau dia sudah punya mau, dia pasti perjuangkan habis-habisan. Seperti film. Saya merasa dia tidak bisa menjadi produser karena harus bertemu dengan banyak orang, harus running bisnis. Tapi ternyata, dia bisa mewujudkannya,”kata Anto. Ia lalu menjelaskan bagaimana Melly berjuang menyelesaikan skenarionya setiap malam di meja makan atau di kamar ,setelah seluruh rumah tertidur lelap. “Dia belum punya ruang kerja sendiri. Semoga kalau kami punya rumah yang lebih besar, dia bisa bekerja dari siang di ruangannya sendiri,”harap Anto.
Satu hal yang masih diperjuangkan Melly adalah bagaimana menghilangkan rasa malas dalam dirinya. “Aku ini orangnya mudah cepet selesai. Waktu bikin skenarion, tiba-iba saja sudah jadi 60 halaman. Trus Mas Anto bilang, bagus. Eh, habis itu aku udah kehilangan moodku lagi, udah pengen ganti topik lain,” kenang Melly. Walhasil, skenario itu diselesaikan oleh Titien Wattimena dan Lina.
“Tapi aku suka mikir loh. Gimana ya aku kok bisa bikin lagu, skenario, trus tiba-tiba jadi populer,”katanya. Tak pernah terpikirkan sebelumnya bila kini dia bisa menyamai darah ayahnya yang juga penyanyi dan pembuat lagu itu. “Kadang-kadang, aku tuh nulis-nulis aja. Trus jadi lagu. Trus jadi populer, aku sering mikir, kok bisa ya aku begini,” kata Melly sembari mengingat bagaimana ia yang sangat tidak romantis itu sering bikin lagu yang sangat romantis dan puitis. “Kalau udah jadi, kayak nggak percaya aja, aku habis bikin karya,”ungkapnya heran. Barangkali Melly lupa, bahwa dia memang Bukan Bintang Biasa. (Rustika Herlambang)
Catatan lain tentang Melly:
Saat membuat potret bersama suaminya dalah untuk memperbaiki nasib. Melly dan Anto tidak mau hidupnya bergantung menjadi player yang bernyanyi di klub-klub. “apa yang harus kita lakukan?,” lalu mereka membuat Potret, dan kerja keras dan berdarah-darah ini membuahkan hasil. Melly membuat lagunyam Anto membuat musiknya, Sampai mereka punya anak, secara konsep bekerja masih tetap sama.
Orangnya baik dan serius.
Dia kerja sendiri, dulu dia bisa kerja sendirian di rumah. Tapi sekarang ada anak-anak yang mengganggu onsentrasinya. Mungkin nanti kalau kami pindah ke rumah yang lebih besar, dia bisa memiliki ruangan dan perpustakaan sendiri. Karena itu, bila ia bekerja malam hari, karena ia memilih waktu yang tepat, karena rumahnya tidak cukup besar. Selama ini, ia bekerja di kamar atau meja makan.
Dia orang yang keras, kalau punya kemauan obsesif untuk sesuatu yang positif. Misalnya saja film. Ia tiba-tiba saja menjadi produser untuk film BBB, sesuatu yang tak hanya soal membuat, tapi juga running bisnis. Dimana ia harus bertemu dengan banyak pihak, dan semua dilakoninya sendiri. “Ambonnya masih terasa,” begitu Anto mengomentari istrinya. “Dia lebih cepat panas, trus marah-marah, tapi habis itu tak pernah ada dendam,” Dia juga sangat menghormati waktu, selalu on time.
Promosikan artikel anda di http://www.infogue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur http://www.infogue.com/info/cinema/& http://www.infogue.com/game_online & http://www.infogue.com/kamus untuk para netter Indonesia. Salam!
http://selebritis.infogue.com/melly_goeslaw
Terima kasih, Mbak Nuniek…
masih nggak pede nih mau promosi…..