Cerita di Balik Perhiasan
Franky Wongkar
“Perhiasan adalah sebuah pernyataan”
Usia muda bukan berarti muda dalam berkarya. Franky Wongkar membuktikannya.Tepatnya tiga tahun lalu ketika ia memulai sejarah bisnisnya di Indonesia dengan membuka label perhiasan atas namanya sendiri. Bagi Franky, perhiasan adalah urat nadi kehidupan yang tak terpisahkan sejak dia berusia 5 tahun-suatu usia dimana ia mulai mencintai perhiasan yang dikenakan oleh ibunya. “Segala sesuatu yang bling-bling dan sparkling itu sungguh menarik untukku,”tukas Franky yang sangat menikmati masa-masa ketika sang ibu sering mengajaknya ke sebuah toko perhiasan.
Dan sejak itulah ia terus mengembangkan kecintaannya pada perhiasan. Mulai dari membuat perhiasan dari bahan manik-manik, hingga serius mendalami pendidikan di bidang perhiasan. Franky adalah lulusan Central Saint Martins College of Art and Design, London, Inggris serta post diploma desain perhiasan dan gemologi pada School of Gemology and Allied Studies (SGAS) London. Berbagai jalan ini seolah menunjukkan betapa perhiasan menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya.
Perjuangannya tak sia-sia. Ia pernah mendapatkan beasiswa untuk belajar sebagai asisten desainer di Cartier Haute Joaillerie Departement, Paris dan pernah menjadi asisten galeri di Contemporary Applied Arts, London. Kini, ia mengembangkan bisnis atas namanya sendiri: Franky Wongkar Jewellery.
T: Apa arti perhiasan bagi Franky Wongkar?
J: Perhiasan adalah sebuah statement. Bukan sekadar pelengkap. Misalnya ibu saya mengenakan perhiasan bergaya enampuluhan, ini berarti dia orang Cina lama yang glamour dan ingin menunjukkan siapa dirinya. Selalu ada alasan mengapa seseorang mengenakan perhiasan. Di kerajaan Inggris, perhiasan dikenakan untuk menonjolkan kekuasaannya. Semua yang dipakai menunjukkan perannya dalam mengontrol negaranya, simbol kekuasaan. Politisi mengenakan perhiasan untuk memberikan pesan kepada orang lain. Dari sisi fashion, perhiasan bukan sekadar cerita couture, melainkan konsep atau statement di dalamnya. Ini yang saya terapkan di dalam perhiasan-perhiasan saya.
T: Misalnya?
F: (Franky lalu menunjukkan sepasang gelang dan cincin yang bila dibuka gelang tersebut membentuk sebuah kunci unik yang bisa dimasukkan ke dalam gembok yang terdapat dalam cincin tersebut. Di dalam cincin diletakkan potongan kertas yang berisi pesan rahasia. Perhiasan inilah yang merebut perhatian Cartier dan memberikannya beasiswa selama sebulan di Cartier Perancis). Karya Revelation bercerita tentang sebuah rahasia, ini seperti sebuah cerita legenda. Sesungguhnya setiap karya seni mengandung sebuah misteri. Karya terakhir saya, Infidelity, sebuah paduan permata dan mutiara. Ada alasan kuat mengapa saya mengenakan dua bahan ini. Konsep karya ini berasal dari pengalaman saya bergerak di bidang perhiasan. Saya tahu bahwa di butik-butik perhiasan besar dunia mereka memiliki back exit, yakni pintu darurat yang digunakan oleh para pelanggan saat berbelanja dengan kekasih gelapnya dan tiba-tiba saja pasangan tetapnya tiba di butik yang sama. Ternyata saya melihat kondisi serupa di Indonesia, dan saya pun menciptakannya.
T: Seperti apa konsep itu diwujudkan dalam perhiasanmu?
J: Tentu menjadi sangat fun. Saya ingin pelanggan saya bisa menyentuhnya secara langsung dan merasakan karya saya. Bila diwujudkan dalam fashion, saya ingin perhiasan saya seperti Sebastian Gunawan atau Biyan.
T: Apakah hal yang menjadi katalis terpenting dalam perkembangan sebagai seorang desainer?
F: Sebagai seorang desainer pemula, tentu sangat penting mengetahui apa apa yang sesungguhnya diinginkan pasar. Waktu tiga tahun sepertinya waktu yang sangat singkat, tapi sesungguhnya merupakan waktu yang sangat krusial untuk mengetahui apa yang diinginkan pasar. Sebagai desainer yang dibesarkan di sebuah sekolah seni, tidak sulit bagi saya merancang sebuah perhiasan seperti yang kita inginkan. Tapi apakah masyarakat menerimanya? Ini kan masalah bisnis.
Seperti sebuah bangunan arsitektur, kadang-kadang apa yang sepertinya terlihat indah belum tentu dapat diapresiasikan dengan baik dalam bentuk perhiasan. Untuk itulah saya harus banyak berkompromi. Seluruh perhiasan saya diproduksi di luar, terutama Hongkong dan Singapore dimana terdapat teknik pengerjaan yang lebih baik. Sebenarnya Indonesia memiliki tradisi perhiasan yang sangat kuat, sayangnya teknik yang digunakan masih ketinggalan sehingga agak sulit bagi saya untuk mendapatkan model yang saya inginkan: kontemporer dalam teknik tapi vintage dalam penampilan.
T: Dalam berkarya, adakah pengaruh dari desainer perhiasan lainnya baik secara historis maupun kontemporer?
J: Saya yakin, setiap desainer perhiasan di dunia ini selalu terpengaruh atau setidaknya terinspirasi oleh desainer lain. Pengalaman saya selama bergabung dengan Cartier di Paris –berikut cara kerjanya– memengaruhi konsep desain saya. “Precision” adalah sebuah aspek terpenting mereka pada saat mendesain sebuah produk, dan tampaknya hal ini berpengaruh terhadap saya. Khususnya bagaimana saya menggambarkannya, pensil di atas kertas, segala sesuatunya harus sempurna, setiap garis, arcs (gerakan), kurva, hingga ukuran yang sesungguhnya. Tapi secara konsep dan ide, saya cenderung melihat pada gaya desainer perhiasan kontemporer seperti Wendy Ramshaw (UK), Solange Azagury Partridge (UK), Niessing (Jerman), Friedrich becker (Jerman), Bernard Schobinger (Swiss), Bruce Metcalf (Amerika) dimana ide-ide mereka mengalir dan memperlihatkan bahwa tak ada batas bagi seorang desainer untuk mendesain dan merancang perhiasannya.
Disini, saya berusaha untuk mendapat jukstaposisi yang bagus tentang apa yang disebut fine jewelry dan memadukannya dengan ide-ide yang menyangkup seni dan kerajinan secara bersama-sama, dan pada saat bersamaan bisa menciptakan sebuah cerita atau pernyataan tentang seseorang yang mengenakannya.
T: Rencana masa depan?
J: Saat ini saya juga memilili sebuah line perhiasan baru dengan seorang teman. Line ini, namanya Frej, lebih ke pendekatan fashionable. Apakah saya akan membesarkan usaha ini, saya masih memikirkannya. Di sisi lain, saya ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagaimanapun dunia perhiasan adalah satu hal yang tak terpisahkan dari hidupku. Tentang butik? Saya pikir segala sesuatu ada waktunya. Buat saya kebanggaan ketika seseorang mengenakan perhiasan saya, atau seseorang mengetahui bahwa itu karya saya, adalah hal yang lebih menyenangkan saat ini.
T: Perhiasan terbaru?
J: Sedang membuat sebuah koleksi pendant yang diinspirasikan dari karya seni berjudul Pill Pendants karya Damien Hirst, seorang seniman kontemporer yang pernah saya lihat waktu masih sekolah di London. Ide besar dari Pill Pendants adalah sebuah glass cabinet yang berisi pil warna-warni yang bisa dibuka oleh pemakainya untuk kemudian dimasukkan sesuatu ke dalamnya, seperti kokain. Memasukkan sesuatu ke dalam pil ini merupakan satu hal yang biasa dalam sebuah klub. Jadi memang ide ini adalah mengkreasikan sesuatu yang fun, menyenangkan. Kemewahan perhiasan yang langsung menunjukkan pada sesuatu yang buruk, tapi juga fun dan mengandung sejarah di dalamnya.
Saya juga tengah mempelajari Yoga, khususnya dalam pose-pose yang menakjubkan di dalamnya yang ingin saya wujudkan dalam sebuah perhiasan.
T: Dengan gayamu yang kontemporer, siapa wanita yang menjadi inspirasimu?
J: Nicole Kidman, dia memiliki kecantikan ethereal yang kita tidak akan pernah cukup untuk mendadaninya. Dia sangat modis dan berani berekpresi dan bereksperimen. Bila saya mendandaninya, saya ingin memberikan sebuah perhiasan yang tidak konvensional. Mungkin seperti kalung yang dapat dikenakan sebagai ikat pinggang. Atau gelang yang dijadikan pin. Sesuatu yang berbeda sehingga Kidman dalam membawakannya dengan ringan. (Rustika Herlambang)
Fotografer: Suryo Tanggono. Stylist: Karin Wijaya.
Saya dian dari harian KONTAN. Mau tanya, bgmn caranya menemui mas franky.. saya mau menulis ttg desainer perhiasan. thanks. hubungi saya di email diatas. tq, ASAP ya