Harimau Cemerlang
Dhani, seperti banyak superstar rock lainnya, bukanlah tipe orang yang ragu untuk memamerkan “attititude”nya. Anda bisa menyukai atau membencinya, tapi berkat bakat mau pun prestasinya, serta sikapnya yang penuh paradoks, ia adalah seorang pria yang tak akan mudah dilupakan wanita manapun.
“Aku ingin mencerdaskan bangsa Indonesia melalui musik ».
“Aku selalu jadi pemimpin, sejak aku kecil. Aku sok jagoan, tapi selalu menang,”
“Wanita boleh nggak bisa masak, dandan, merawat anak, asal tidak membantah.”
Kata-kata di atas diucapkan Dhani Ahmad Prasetyo, lebih dikenal sebagai Dhani Ahmad, dengan tanpa keraguan sedikitpun. Tidak bisa dibantah, ini bukanlah cerminan karakter orang yang rendah diri. Tapi memang, sukar dibayangkan jika seorang pemimpin salah satu band rock terbesar di Indonesia yang juga merangkap sebagai komposer lagu pop paling laris di negeri ini, untuk bersikap lain.
Dhani secara konsisten memang tidak pernah menyembunyikan nilai-nilai yang dianutnya atau apa pun pendapatnya. Memang, menyelami Dhani seperti menyelam di laut dalam. Semakin dalam, semakin elok pesona yang mungkin akan ditemukan, meskipun juga seiring dengan misteri dan juga potensi bahaya yang mendebarkan.
Apapun yang kita bisa bilang soal Dhani, ia adalah seorang yang berwawasan luas, bahkan bisa dibilang sangat cerdas. Dari bibirnya terus mengalir cerita, humor, rumor, hingga dongeng sufi, tanpa pernah sekalipun membosankan.
Dhani berujar, di tengah aksen Jawa Timurnya, bahwa targetnya tahun depan adalah mencapai sukses secara global dengan meluncurkan album berbahasa Inggris, karena ia rupanya telah membentuk grup boyband asal Australia. Untuk mencapai tujuan ini, ia bertekad ingin – dan ini ia katakan dengan nada tanpa ironi – bahwa ia akan mencoba melobi Kongres Amerika Serikat supaya Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) bisa turut membiayai proyek ini.
Tapi, mengapa Amerika? Dhani, yang terlalu cerdas untuk tidak tahu bahwa banyak orang di negeri ini, seperti juga di negeri lain, sedang kurang senang dengan Washington semenjak Perak Irak, berkata dengan lantang: “Keinginanku memang membuat poros AS-Indonesia. Lepas dari siapapun presidennya, aku obsesi pada Amerika.”
Tapi si pengagum Paman Sam jugalah seorang yang tidak segan-segan bercerita mengenai keyakinan agamanya, meski dalam hal ini pun, nilai-nilai kemerdekaan diri dan segala yang diluar konvensi nampaknya tetaplah penting. Di tengah menguatnya sentimen puritanisme dan bahkan fundamentalisme belakangan ini, Dhani tidak segan untuk mengakui bahwa ia sangat terpengaruhi paham Islam Sufi dan juga pemikir muda Ahmad Wahib, yang sempat membuat polemik heboh beberapa dekade yang lalu setelah buku hariannya diterbitkan setelah ia meninggal.
Terlepas semua tadi, ia tetaplah seorang rocker yang suka rumah megah, sedan Rolls Royce dan, tentu saja, wanita. “Aku lho yang akan melayani kekasihku,” tandasnya. Ia juga bilang bahwa ia “mudah jatuh cinta bukan karena mata, tapi karena hati.”
Tapi, pada saat yang sama, Dhani juga tidak pernah menyembunyikan pendiriannya bahwa ia bersikap “paternalistik” dan “konservatif” dalam soal hubungan dengan wanita. Lihat saja kutipan sikapnya di awal tulisan ini.
Bila ada ketidaksepakatan, katanya, “Kamu merayu, tapi jangan membantah.” Dan yakinnya, “Aku bisa memberi energi positif untuk wanita yang tulus mencintai aku. Dia pasti akan bertambah cantik dari hari ke hari,” ia tersenyum. Dhani juga tidak merasa canggung untuk memperlihatkan buku berilustrasi yang berjudul “Sex: A Walk on the Wild Side” di tengah wawancara ini. Asal tahu saja, Dhani menolak berkomentar mengenai kehidupan rumah tangganya.
“Seperti harimau, aku nggak bisa dibantah, sebab aku pasti akan melawan,” tukasnya “Aku senang dengan harimau. Cocok kayak aku,” tambahnya. Sepertinya bangga. Lalu bagaimana menghadapi dia? “Sentuhan kelembutan. Itu kuncinya,” jawabnya.
Dhani rupanya memang adalah sosok harimau seperti yang didapati dalam sajak tersohor karya (“The Tyger”) penyair mistis abad 19 Inggris William Blake. Dhani adalah harimau yang membara di tengah hutan gelap, yang sorot matanya membuat kita bertanya di manakah letak batas aspirasi atau ambisinya. Ia adalah sosok ciptaan Tuhan yang indah, menakutkan, dan juga kompleks. (Rustika Herlambang)
Foto: Dhany Indrianto. Lokasi: Kediaman Dhani, Pondok Indah, Jakarta
The Tyger
Tyger! Tyger! burning bright
In the forests of the night,
What immortal hand or eye
Could frame thy fearful symmetry?
In what distant deeps or skies
Burnt the fire of thine eyes?
On what wings dare he aspire?
What the hand dare seize the fire?
And what shoulder, & what art,
Could twist the sinews of thy heart?
And when thy heart began to beat,
What dread hand? & what dread feet?
What the hammer? What the chain?
In what furnace was thy brain?
What the anvil? What dread grasp
Dare its deadly terrors clasp?
When the stars threw down their spears
And water’d heaven with their tears,
Did he smile his work to see?
Did he who made the Lamb make thee?
Tyger! Tyger! burning bright
In the forests of the night,
What immortal hand or eye
Dare frame thy fearful symmetry?
1790
Sekadar Catatan:
Artikel ini dimuat di majalah dewi 2007 lalu, saat perguncangan antar Maia dan Dhani tengah terjadi. Kami bertemu dalam suasana yang nyaman di rumahnya yang istimewa di Pondok Indah.
Berikut versi lain tulisan di atas:
Dhani Ahmad:
Menaklukkan Sang Harimau
Menyelami Dhani seperti menyelam di laut dalam. Semakin dalam, semakin elok pesona yang ditemukan, semakin banyak misteri yang tak bisa dikuak begitu saja. Seperti dominasi kombinasi merah pekat dengan hitam yang mewarnai seluruh ruang-ruang pribadinya, rasanya berat untuk dicerna. Tapi bila kita memahami isi hati pemilik nama lengkap Dhani Ahmad Prasetyo ini, Anda pasti akan melewatinya dengan mudah. Dhani memang sosok pria urban yang tak biasa. Karena itu, diperlukan trik-trik khusus untuk mendekatinya.
Dhani dalam kedekatan, adalah pria yang menyenangkan. Wawasannya luas, iapun terkesan cerdas. Bahkan cenderung liberal untuk beberapa pendapat, tapi sangat konservatif soal wanita. Di sepanjang percakapan, ia bersikap egaliter dengan gaya bahasa Jawa Timuran yang kental. Dari bibir mungilnya terus mengalir cerita, humor, rumor, hingga dongeng sufi, tanpa kesan menggurui. Tidak juga membosankan. Tidak heran pula bila suami Maia Estianti ini memiliki banyak sahabat setia didekatnya.
Ditemui di studio mewahnya di Jl. Pinang, Pondok Indah, beberapa waktu lalu, pria kelahiran 26 Mei 1972 ini tengah melakukan finishing album Dewi Dewi yang akan diluncurkan bulan Februari ini. Dewi Dewi adalah kelompok vokal perempuan,- terdiri atas Carolina Dewi, Dewi Sinta dan Puri Dewi, yang menyanyikan lagu-lagu Dewa.
Pria asal Surabaya ini terlihat begitu detail mendengarkan satu demi satu penggalan musik dalam salah satu lagu yang digarapnya. Berkali-kali hal yang dianggapnya ganjil, diganti begitu saja. Sisi perfeksionis tampak begitu menyatu saat ia bekerja. Sesungguhnya apa yang “disentuh”nya berubah jadi emas, boleh jadi karena kerja keras, kecerdasan, dan keberaniannya untuk berbeda pendapat.
Mewujudkan Mimpi Bermusik
Ambisius dan penuh obsesi dalam bermusik merupakan karakter Dhani. “Aku selalu mimpi untuk meraih obsesi bermusikku. Dan semua mimpi itu kuraih dengan kerja yang sangat keras, ” terang pemimpin Dewa dan Ahmad Band. Berderet prestasi yang pernah dihasilkan Dewa menunjukkan bagaimana Dhani, -lepas dari gaya kepemimpinannya yang cenderung absolut, mampu membawa band dan seluruh bidang bisnisnya maju dan berkembang.
Setelah lebih dari 19 tahun di bawah kepemimpinannya, kelompok musik Dewa tetap eksis, dan bahkan terus menuai prestasi. Anugerah Musik Indonesia (AMI) yang berlangsung akhir November lalu, menempatkan Dewa dengan 4 nominasi terbaik. Yakni Best of The Best, Album Terbaik (saingan dengan Ratu), Bidang Rock, Bidang Penunjang Produksi, peramu rekaman terbaik. “Yang pasti, aku ingin mencerdaskan bangsa Indonesia melalui musik yang mudah dicerna. Aku selalu mencoba memberikan satu pandangan yang berbeda, termasuk juga dalam bermusik,” ia memberikan komentar tentang keberhasilan ini.
Target 2007 yang ingin diraihnya adalah go international. Tampaknya Dhani telah menyiapkan langkahnya sejak beberapa waktu lalu. Kali ini, ia membuat grup boys band dengan personel dari anak-anak Australia, yang tetap menempatkan dirinya sebagai vokalis. Album berbahasa Inggris ini rencananya akan diedarkan di seluruh dunia. Salah satu lagu andalannya, My Way, yang digarap dalam bentuk musik opera yang membuai. Dhani memperdengarkan lagu itu di tengah wawancara.
Rencana lainnya adalah membawa album Laskar Cinta ke forum musik internasional. “Ini seperti project We Are The World-nya Michael Jackson, “papar rocker yang juga penggemar jazz ini. KC Porter, produser Santana, bahkan telah menyanggupi untuk mendanai proyek tersebut. Meski demikian, Dhani masih berharap agar badan dunia seperti PBB yang membiayai proyek idealis tersebut.
Untuk mewujudkan keinginan itu, pelantun tembang ”sedang ingin bercinta” ini berangkat ke Amerika untuk minta dukungan kongres negara adikuasa itu agar mau membiayai proyek yang berisi ajakan untuk bersikap toleran ini. Mengapa mesti AS? “Hahaha,” pria yang tak ingin menjadi kaum proletar ini terbahak. “Keinginanku memang membuat poros AS-Indonesia. Kecuali Queen, grup musik kebanggaannya dan selera aristoktat Eropa-nya, Amerika adalah obsesi Dhani. ”Lepas dari siapapun presidennya, aku obsesi pada Amerika, ” pengagum sufi Jalaluddin Rumi ini memaparkan keyakinannya.
Menaklukkan Harimau
Sejak kecil anak sulung pasangan Eddy Abdul Manaf dan Joyce Theresia Pamela selalu menjadi pemimpin. Ini hal yang tak bisa dibantahnya, dan tak bisa dijawabnya mengapa. “Aku selalu jadi pimpinan genk, sejak aku kecil. Aku sok jagoan, tapi selalu menang,” ungkapnya percaya diri. “Ya, kalah sih pernah, tapi itu nggak signifikan. Biasanya karena kita sama-sama kelelahan aja,” ayah dari Ahmad Al Ghazali, Ahmad Jalaludin Rumi dan Ahmad Abdul Qadir Jaelani, menambahkan. Karena itulah, ia selalu maunya jadi pemimpin.
Hal-hal kecil seperti ini menimpa watak Dhani hingga kini. “Seperti harimau, aku nggak bisa dibantah, sebab aku pasti akan melawan,” tukasnya sambil menunjuk lukisan harimau karya pelukis ekspresionis asal Surabaya, Suratno. Ia memiliki dua lukisan bergambar harimau dengan ekspresi kerasnya. “Aku senang dengan harimau. Cocok kayak aku,” tambahnya. Sepertinya bangga. Lalu bagaimana menghadapi dia? “Sentuhan kelembutan. Itu kuncinya,” jawabnya.
Apakah sifat kerasnya ini juga mengalir dalam kehidupan percintaannya? Pengagum Keira Knighlay ini kembali tersenyum.” Soal kencan, aku nggak galak. Aku loh yang akan melayani kekasihku,” tandasnya. “Mungkin aku bukan orang yang romantis. Tapi urusan yang lebih intim, aku semakin romantis…,” ia terkekeh, sedikit menggoda. “Yang kubayangkan tentang kencan romantis, pastilah jalan-jalan ke Eropa. Menikmati dinner di sebuah restoran yang klasik, hmm kayaknya asyik ya..,” Dhani membayangkan.
Wajahnya yang menawan, musiknya yang laris selalu di atas 350 ribu copy, membuat banyak wanita jatuh cinta padanya. Bagaimana dengan dia? “Aku menyukai seni, karena itu aku menyukai wanita dengan estetika tinggi. Tinggi di bawah 170 cm, badannya bagus, proporsional,” tambahnya. Kulit kuning langsat, bule juga suka, tapi “size” harus Indonesia.
Sayang tubuh indah ini tidak memengaruhi Dhani secara seksual. “Jeleknya, aku ini mudah jatuh cinta bukan karena mata, tapi karena hati. Hati saya yang memengaruhi mata saya,” jawabnya. Bila wanita itu mencintainya dengan tulus, memperlakukannya dengan baik, dan tidak pernah menantangnya, Dhani mengaku jadi mudah jatuh cinta. “Tapi tipe ini tidak mudah dicari, dan saya bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta,” tambah Dhani yang mengaku penganut paternalistik dan konservatisme soal wanita.
“Figur wanita yang saya idamkan adalah wanita yang bisa mengelus saya. Dia boleh nggak bisa masak, dandan, merawat anak, asal tidak membantah saya,” tegasnya. Bila ada ketidaksepakatan, “Kamu merayu, tapi jangan membantah.” Dan yakinnya, “Saya bisa memberi energi positif untuk wanita yang tulus mencintai saya. Dia pasti akan bertambah cantik dari hari ke hari,” ia tersenyum menggoda. Menyisakan misteri di dalam binar matanya.
Rumahku adalah Surgaku
Bagi suami Maia Estiati, rumah adalah tempat nongkrong favoritnya. Karena itu, penganut paham sufi ini mengajak Dewi untuk berkeliling rumah yang terletak tak jauh dari studionya. Memahami rumahnya, tak ubahnya seperti memahami dirinya, tukasnya.
Rumah yang ditunjuk memang agak mengagetkan. Bangunan setinggi 4 lantai tersebut memiliki bentuk seperti bangunan gothic dengan pilihan warna hitam dan semburan warna merah pekat. Rasanya gelap ditengah birunya langit. Rasanya ganjil, dibanding rumah-rumah mewah berwarna beige terang di sekitar wilayah itu. Tapi inilah pilihan Dhani, pria yang selalu berani berbeda.
Di rumah yang memiliki tempat untuk tumbuh rumput menghijau itu, ia menanam pohon-pohon kecil, serta memelihara ikan. Ruangan yang disangga dengan pilar-pilar besar ini seolah mengingatkan pada bentuk museum. Di dalamnya terdapat barang-barang seni koleksi Dhani, mulai dari lukisan harimau (lagi), foto-foto, piala, piano, hingga gitar yang diletakkan dalam pigura-pigura. Suasananya mengingatkan pada interior di Hard Rock Kafe.”Mungkin aku memiliki darah dari mereka,” katanya percaya diri saat melihat gambar raja-raja Eropa yang dipajang di salah satu dinding utama.
Ia pun mengajak Dewi untuk mengarungi ruang di perpustakaan pribadi yang terletak di lantai 2. Wallpaper warna merah kerajaan, beberapa diantaranya berbentuk mirip monogram Versace, memenuhi ruangan itu. Keramaian itu ditambah lagi dengan aneka lukisan berbingkai emas. Di tengah terdapat meja kerja dengan kursi duduk yang dibuat dari bahan kulit berkelas. Hampir dua pertiga ruangan itu terturup oleh ratusan ribu koleksi buku Dhani. Mulai dari buku-buku tebal ensiklopedi, biografi tokoh-tokoh dunia, sejarah dunia, musik, sufi, majalah Black and White, hingga buku-buku sex.
Dengan tenang, ia mengambil buku berjudul Sex: a walk on the wild side , dari salah satu rak. “Aku malah belum pernah membaca buku ini,” tukasnya sambil membuka-buka buku bergambar sensasional itu. Lalu ia mengembalikan lagi, buku itu di tempatnya.
“Aku ingin seliar Ahmad Wahib,” Dhani menunjukkan buku favoritnya, Pergolakan Pemikiran Ahmad Wahib yang banyak mempengaruhi dirinya. “Suatu saat, aku ingin membuat buku seperti ini, sehingga bisa menjadi polemik. Tapi itu nanti, kalau aku sudah mati. Sekarang lagi aku pikirkan, karena pikiran-pikiranku selalu berbeda dari arus utama,” tukas pengobsesi sedan Rolls Royce yang ingin memelihara jenggot seperti para sufi ini.
Lalu, ia kembali ke musiumnya. Lantai keramik hitam putihnya mengingatkan pada tempat bidak-bidak catur diletakkan, dimana kita harus banyak bermain di dalamnya. Semakin dalam permainan yang kita mainkan, semakin menarik persona Dhani di kedalaman. Dan bila belakangan kita melihat “sang harimau” sedang marah, arogan, menantang, bisa jadi karena ia “sedang ingin bercinta”. Karena itu, untuk menaklukkannya, Anda telah mengetahui jawabannya… (Rustika Herlambang)
Walau Sang Harimau menguasai seluruh rimba raya tapi kehilangan betinanya…. garang mengaum tapi hati menangis…. gagah perkasa tapi ‘dalamnya’ rapuh…. kehilangan cinta sejati sama dengan kehilangan segalanya…. harimau terluka karena ‘cakar’ sendiri….
Promosikan artikel anda di http://www.infogue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur http://www.infogue.com/info/cinema/& http://www.infogue.com/game_online & http://www.infogue.com/kamus untuk para netter Indonesia. Salam!
http://selebritis.infogue.com/dhani_dewa_ahmad
hiks…sedih membacanya komentarnya….. dhani pasti sangat sedih dan terluka… mungkin bukan karena maia, tapi lebih karena egonya (yang sangat tinggi itu) tercabik-cabik…
Dhany memang hebat . . . .
Terlepas dari apa jeleknya dia, beliau cerdas, kerja keras & kreatif. Indonesia butuh seperti beliau untuk maju & menang.
Semoga saja selalu bermanfaat.
Dhany……. no comment……
jangan lihat perilaku atau yang lainnya…. karena dia seorang pemusik maka lihatlah hasil karyanya…………. terus maju mas dhani