Ada Apa dengan Rudi Soedjarwo?
Sutradara bertangan dingin ini justru memiliki kisah yang lebih dramatis dibanding film-film yang telah dibuatnya.
Rudi Soedjarwo adalah sutradara yang tak pernah kehabisan ide. Semakin banyak berbincang dengannya, kian banyak ide yang akan terlontar dari pikirannya. Ia pun memiliki kemampuan bercerita yang baik, sehingga patner berceritanya pun dengan mudah akan tersentuh daya imajinasinya. Apalagi saat bercerita tentang film, ia akan menggambarkannya secara detil, lengkap dengan settingnya, kita pun seolah menyaksikan pertunjukan film yang sesungguhnya.
Boleh jadi karena kelebihan inilah ia mampu mencetak film-film laris di Indonesia. Karena idenya yang terus mengalir seperti air, ia tidak pernah melewatkan waktunya tanpa membuat film. Tahun ini saja, ia sudah merencanakan membuat 3 film dalam setahun. Ini berarti di tahun ke-6 ia berkarya, akan terdapat 14 film yang dibuatnya. Hasilnya cukup lumayan, sesuai selera masyarakat. ”Kecuali 9 Naga. Itupun sudah lebih dari 90 ribu penonton,” tukasnya, tanpa bermaksud menyombongkan diri.
Sebagai pribadi, Rudi juga dikenal sebagai pria yang menyenangkan. Wawasannya luas dan juga suka melontarkan humor-humor segar. Berbagai persoalan terkini ia kuasai dengan baik, entah itu politik, social ekonomi, apalagi soal film yang menjadi nafas hidupnya kini. Tentu saja dengan gaya bicara yang sangat Rudi: spontan, sedikit meledak-ledak, dan ritme yang cepat.
Meski demikian, Rudi terlihat bersikap sangat hati-hati. Ia juga tampak lebih sabar, bijaksana, dan rendah hati. Kondisi ini jelas sangat kontras dengan gaya pria 30-an yang selama ini kadang dicap egois, arogan, mudah meledak, moody dan tak suka mengalah. Rudi sendiri mengakuinya. ”Aku berubah dalam dua tahun terakhir. Mungkin juga ini karma buat aku,” ia mengisahkan.
Ini semua bermula karena cinta yang diyakininya. “Aku ini tipe pria yang kalau sudah jatuh cinta, fokus semua untuk cinta itu. Tapi, kalau wanita yang kucintai itu tidak memberikan hal yang sama, aku pasti langsung hilang feeling. Langsung kutinggalkan dia,” tukasnya. Tapi sayangnya, banyak wanita, menurut versinya- tidak memahami cintanya yang total itu. Akibatnya, dia sering melukai hati banyak wanita.
”Tapi hal ini tidak terjadi pada Rere,” ia menyebutkan nama Rere Eneng Soraya (25th) yang disuntingnya Januari lalu. “Rere-lah yang melakukan hal yang sama dengan saya. Dia mencintai saya dengan total, dengan resiko yang sangat besar demi cinta yang dia percaya. Inilah awal perjuangan saya,” Rudi menceritakan kisah cintanya. Ia terdiam. Nada suaranya memelan, sedikit serak.
Pada saat itu, posisi Rere masih belum bercerai dengan suaminya, dengan dua anaknya yang masih kecil. Sementara, dia sudah menyandang status duda tanpa anak. Karena kasusnya ini, Rere harus berpisah dengan anak-anaknya. ”Inilah kegagalan terbesar dalam hidup saya. Saya tidak berhasil menyatukan Rere dengan anak-anaknya dalam keluarga kami.”
“Saya tidak pernah bertindak sefrontal ini. Tapi ketika saya merasa cinta itu datang, dan memanggil-manggil jiwa saya, saya merasa bahwa cinta itu patut diperjuangkan,” ungkap Rudi yang mengaku tipe pria rasional. Tapi ketika bicara cinta, semuanya tampak sulit dirasiokan. Apalagi melihat perjuangan cinta terakhirnya, Rudi pun bertekad besar,” Saya harus membuatnya bahagia. Apapun itu.”
Seperti dikatakan Rudi, cinta terakhirnya ini memerlukan pengorbanan yang teramat besar. “Saya dicuekin banyak teman, dijauhi saudara. Mungkin juga berpengaruh terhadap karir saya. Saya bertaruh habis-habisan waktu itu ,” ungkapnya gundah.
Bukan karena persoalan fisik, Rudi mencintai Rere. Semuanya muncul tulus dari hatinya. “Ada sesuatu yang driving me to her. Bersamanya saya merasa feel like home.” Ia merasa menemukan istilah yang tepat.Rudipun merasakan bahwa cinta yang diyakininya itu mampu memberikan “kehidupan” pada dirinya. Dia mendapatkan energi positif untuk menghilangkan seluruh sikap buruknya selama ini, seperti dijelaskan di atas. Dengan cintanya pula, ia mengaku mendapatkan kekuatan untuk menyalurkan kelelahan psikologis tersebut dengan membuat film.
Film terbaru yang tengah digarapnya, Mengejar Mas-Mas. Ia bercerita tentang orang-orang yang kehilangan cinta dan bagaimana mereka mengatasinya. Ke depan, dia sudah menyiapkan film berjudul Maafkan, saya menghamili istri Anda. Keduanya merupakan film yang dianggapnya komersial, yang skenarionya diciptakan oleh Monty Tiwa, sahabat dan juga patner dalam mendirikan sekolah film Reload Film Center.
Untuk film idealis, ia mengobsesikan film Love and War. Ia membayangkan adanya kekuatan cinta dalam gejolak peperangan. Mungkin terdengar klise. Tapi lihat pernyataan Rudi berikut ini,” Dalam film itu, aku akan bikin peran cewek yang strong. Di sana nanti ceweknya bakal change the thing. Inilah salah satu wujud nasionalismeku. Buat aku, tak hanya (soal tema) cinta pada wanita, tapi cinta pada negara merupakan satu hal yang harus diperjuangkan.”
Selain sebagai ungkapan ekspresi, film bagi Rudi merupakan bentuk penjelajahan atas berbagai kehidupan komunitas masyarakat yang selama ini tak pernah dirasakannya sebagai anak Anton Soedjarwo, mantan pejabat tinggi kepolisian. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, ia telah mencecap manisnya kehidupan. “Saya tinggal di rumah yang sangat besar, memiliki banyak pembantu, kemana-mana dikawal ajudan, dan juga banyak parsel kalau lebaran,” ia mengenangkan masa-masa menyenangkan itu..
Saat itu, apapun yang diinginkan dengan mudah didapatkan. Tak jarang dengan cara memaksakan keinginannya. “Bahkan sampai aku umur 30 tahun, aku masih meminta sesuatu dari orang tuaku,” ungkapnya tanpa bermaksud membanggakan diri.
Ternyata Rudi tumbuh sebagai anak manis yang patuh kepada orang tuanya. Ia tak suka keluyuran. Pulang sekolah langsung pulang. Ia asing dengan laga dan perkelahian, yang selalu digambarkan dalam adegan-adegan di film-filmnya“Di sekolah, saya sering dibilang pengecut, nggak jantan karena tidak mau diajak berkelahi. “ Yang ditakutinya hanya satu, ayahnya sendiri.
Ketakutan atau keseganan Rudi terhadap ayahnya ternyata berujung pada suatu pengalaman tragis yang pasti membekas tajam dalam jiwanya. Suatu saat, ia ”gagal” menolong ayahnya saat jatuh di kamar mandi. “Saya berusaha menolongnya. Tapi, karena takut salah, takut panik, saya nggak kuat nggendong Bapak.”
Iapun lantas pergi meninggalkan ayahnya di lantai dua dan mencari pertolongan pembantu-pembantunya. Sayang, saat dia datang, ayahnya sudah tak tertolong.
“Inilah penyesalan seumur hidupku. Ekspresi Bapak itu masih terekam kuat dalam ingatan. Aku merasa tidak pede menjadi lelaki. Sejak saat itu, aku selalu merasa merasakan bahwa apa yang kulakukan hasilnya selalu kurang bagus,” kalimat-kalimatnya begitu berat.
Wasiat terakhir dari ayahnya sebelum meninggal, agar dia masuk sekolah kepolisian tak bisa dipenuhinya. ”Saya selalu merasa tak mampu untuk melakukan sesuatu yang besar,” ungkap Rudi yang selulus SMA mengambil pendidikan management di San Diego State University, Amerika, dan Academy of Arts College San Fransisco.
Rasa minder dan rendah diri itu pula yang membuat Rudi selalu tak pernah merasa puas dengan apa yang dikerjakannya, termasuk membuat film. ”Rasanya jelek terus.. meski jumlah penontonnya membludak,”bincangnya tentang film, tanpa bermaksud menyombongkan diri.
Demi mengurangi rasa bersalah terhadap ayahnya, dan juga melanjutkan cita-cita ayahnya yang merasa belum selesai ”mendidik” bangsa ini, ia bertekad untuk membuat film tentang dunia polisi. ”Aku akan membuat kisah polisi secara humanis. Bahwa polisi juga manusia biasa. Ada yang baik dan ada yang nakal.”
Kini, ia tengah membicarakan proyek itu bersama salah satu mantan petinggi kepolisian Indonesia. Ke depan, Rudi akan kembali memperjuangkan cinta. Kali ini untuk ayahnya. (rustika herlambang)
Fotografer: Suryo Tanggono
Stylist: Amanda Prihutomo
Lokasi: Kediaman Rudi Soedjarwo
Rudi Soedjarwo
September 4, 2008 by rustika herlambang
saya ABRAHAM NASUTION,minta tolong di ajak shooting film layar lebarnya mas RUDI SOEDJARWO.Mas RUDI Saya adiknya KENNY ARGADIPUTRA NASUTION(Temannya Mas RUDI SOEDJARWO) aku minta di ajak shooting filmnya mas Rudi.Aku juga udah punya pengalaman ikut shooting di ajak agency bernama LINA.Stau mas Rudi teman Abang Saya dari Abang Saya.Mas Rudi teman mainnya Abang Saya.
Film:Ericka,aku atau dia,dan serpihan kaca.
FTV:Ulos.
Sinetron:Jiran,raja sulap,para pencari Tuhan season 4,dan warung sehat.
Iklan:Mudik lebaran untuk tvri,demam berdarah untuk tvri,dan carefure.
Tolong kasih ke Mas RUDI SOEDJARWO.
Saya pernah main atau ikut shooting film Ericka,aku atau Dia,dan serpihan kaca.Juga sinetron saya sebutkan sinetron Saya sama yang lainnya.Bukan film,sinetron,dll..;di mainkan Abang Saya.Hubungi:02183414169/02192378081/085779843882/081585159944/081281816786.Stau maksudnya Saya tau.
Saya sebenarnya di akte kelahiran bernama lengkap JEFFRI ANDI NASUTION.ABRAHAM Nama baptisan di gereja.